Memahami Prinsip Prinsip Pengendalian kontaminasi: KD 3 TDO

Kontaminasi dapat diartikan sebagai bahan tercampur atau tercemarnya suatu bahan yang dapat menyebarkan racun. Selain itu, kontaminasi lingkungan juga dapat berarti terjadinya kebisingan atau kegaduhan. Limbah-limbah yang berasal dari bengkel otomotif dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada lingkungan sekitar dan kemudian limbah-limbah ini dapat mengganggu keseimbangan alam. Oleh karena itu, pengendalian kontaminasi pada bengkel otomotif perlu dilakukan agar tidak mencemari lingkungan.

A. Pengertian Kontaminasi

Kontaminasi adalah suatu kondisi dimana terjadi pencampuran terhadap suatu unsur lain yang akan memberikan efek buruk tertentu. Dalam dunia industri termasuk otomotif banyak sekali menghasilkan limbah atau kontaminan. Oleh karena itu berbagai limbah atau kontaminan tersebut harus dapat dikendalikan agar tidak menyebabkan permasalahan.

Dalam industri otomotif banyak sekali menghasilkan kontaminan. Berbagai jenis kontaminan ini digolongkan melalui berbagai hal seperti bentuk dan sifatnya. Sebagai contoh penggolongan jenis kontaminan ini adalah kontaminan cair, kontaminan padat, kontaminan gas, dan kontaminan B3.

B. Pengertian Pengendalian Kontaminasi

Kontaminasi adalah suatu kondisi dimana terjadi pencampuran atau pencemaran terhadap suatu unsur lain yang memberikan efek tertentu (buruk). Komponen yang dapat menyebabkan kontaminasi sangat beragam mulai dari benda, hewan, maupun berbentuk padat ataupun cair. Karena sifat yang berbahaya maka kontaminan perlu dikendalikan agar tidak mencampur atau mencemari zat atau unsur lain sehingga dapat membahayakan makhluk hidup terutama manusia.

Makanya pengendalian kontaminasi merupakan suatu cara untuk mencegah terjadinya pencampuran atau pencemaran terhadap unsur lain yang dapat memberikan efek buruk baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Pengendalian kontaminasi di bidang otomotif dilakukan dengan prinsip- prinsip pengendalian kontaminasi. Adapun prinsip-prinsip pengendalian kontaminasi yang dapat diterapkan antara lain sebagai berikut.
  1. Melakukan daya dan upaya pencegahan terhadap terjadinya pencemaran di lingkungan kerja dan sekitarnya.
  2. Membangun sikap dan karakter peduli terhadap kebersihan lingkungan kerja dan sekitarnya.
  3. Membangun kesadaran diri atau self reminded dan orang lain tentang pentingnya mencintai lingkungan kerja.
  4. Membangun sikap peduli atau take care terhadap kepentingan orang lain.
  5. Meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya kesehatan lingkungan.
Berikut adalah penerapan prinsip-prinsip pengendalian kontaminasi serta keuntungannya.

1. Penerapan Prinsip-prinsip Pengendalian Kontaminasi dibidang Otomotif

Penerapan prinsip-prinsip pengendalian kontaminasi dibidang Otomotif pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meniadakan kontaminasi/pencemaran yang terjadi di lingkungan kerja dan sekitarnya. Hal ini bertujuan agar tercipta suatu suasana lingkungan kerja aman, nyaman, dan sehat yang akan menguntungkan semua pihak. Jenis-jenis kontaminasi yang ada di bengkel otomotif dapat berupa limbah cair dan padat, baik logam maupun nonlogam.

Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kontaminasi pada (di) bengkel otomotif.

a. Limbah cair pada bengkel otomotif

4.3 Menerapkan prinsip-prinsip pengendalian kontaminasi
Limbah Cair

Limbah cair pada bengkel otomotif dapat berupa oli, minyak rem, alkohol, dan solvent (bahan pelarut). Limbah cair ini sebaiknya ditampung dalam kaleng, botol, atau drum tertutup dan ditempatkan jauh dari sumber kebakaran. Selain itu, perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut sebelum dialirkan ke sungai. Pengisian baterai basah (aki), sebaiknya dilakukan di ruang khusus dan jauh dari bahan mudah terbakar ataupun tegangan listrik yang dapat menimbulkan percikan api.

Hal ini karena baterai basah mengandung asam sulfat (H2SO4) dan gas hidrogen (H2) yang jika tersulut api akan menimbulkan ledakan atau kebakaran. Selain itu, bau dari asam sulfat cukup menyengat dan mengganggu kesehatan.

b. Limbah gas pada bengkel otomotif

4.3 Menerapkan prinsip-prinsip pengendalian kontaminasi
Two-Hole Oil Venting Pot

Limbah gas pada bengkel otomotif dapat berupa karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), dan hidrogen klorida (HCI). Limbah gas ini sebaiknya difilter sehingga gas yang keluar ke lingkungan tidak lagi berbahaya.

c.Limbah padat nonlogam pada bengkel otomotif

4.3 Menerapkan prinsip-prinsip pengendalian kontaminasi
Limbah Botoh Mineral

Limbah padat nonlogam yang ada pada bengkel dapat berupa kertas, plastik, karet, kain, kampas rem, kampas kopling, kaca, mika, dan fiber. Limbah padat nonlogam dan mudah terbakar ini dapat dikumpulkan dan diikat, kemudian ditempatkan di tempat khusus yang jauh dari potensi kebakaran. Selain itu, limbah ini juga dapat didaur ulang menjadi barang lain.

d. Limbah padat logam dari bengkel

4.3 Menerapkan prinsip-prinsip pengendalian kontaminasi
Limbah Komponen Mobil

Limbah padat logam bersumber dari bengkel dapat berupa potongan kawat, tembaga besi, aluminium, dan kuningan. Limbah padat logam ini sebaiknya dikumpulkan dalam tong atau drum tertutup. Limbah padat logam dapat dijual untuk didaur ulang oleh pabrik pengolahan limbah logam.

2. Keuntungan Penerapan Prinsip-prinsip Pengendalian Kontaminasi

Beberapa keuntungan yang didapatkan saat menerapkan prinsip-prinsip pengendalian kontaminasi di bengkel adalah sebagai berikut

  1. Kondisi bengkel menjadi bersih dan rapi. Dengan adanya pengendalian kontaminasi di bengkel, hal yang menyebabkan bengkel kotor akan lebih diminimalkan sehingga bengkel akan terus terlihat bersih dan rapi.
  2. Kondisi lingkungan menjadi sehat. Dengan adanya pengendalian kontaminasi di bengkel, bengkel akan terjaga kebersihannya sehingga lebih menyehatkan bagi orang-orang yang ada di sekitar bengkel.
  3. Tidak merusak lingkungan. Dengan adanya pengendalian kontaminasi bengkel, lingkungan kerja menjadi terjaga dan terhindar dari kerusakan.
  4. Produktivitas kerja karyawan menjadi meningkat. Dengan adanya pengendalian kontaminasi di bengkel, karyawan akan lebih merasa nyaman karena kondisi tempat kerjanya lebih sehat dan bersih sehingga berpengaruh terhadap produktivitas karyawan yang semakin meningkat.
  5. Memuaskan konsumen. Dengan pengendalian kontaminasi bengkel, kondisi bengkel akan lebih bersih dan sehat sehingga membuat konsumen akan merasa lebih puas saat merasakan fasilitas yang tersedia.
  6. Nilai jual bengkel akan menjadi lebih baik. Kondisi bengkel yang bersih dan sehat akan membuat para konsumen yang berkunjung merasa senang, nyaman, serta puas atas pelayanan yang diberikan sehingga akan menambah nilai jual bengkel.
  7. Perlahan akan meningkatkan kesejahteraan karyawan. Dengan pengendalian kontaminasi dibengkel, akan terjaga kebersihannya dan lebih sehat sehingga para karyawan dapat bekerja dengan nyaman dan lebih sejahtera.

C. Pengendalian Kontaminasi Di Bengkel Otomotif

Limbah otomotif harus ditangani dengan tepat agar tidak menimbulkan kontaminasi lingkungan dan mengganggu kesehatan. Pengendalian kontaminasi limbah otomotif terhadap lingkungan harus diterapkan karena dapat merusak dan mencemari lingkungan. Saat ini telah banyak diaplikasikan bahan-bahan yang ramah lingkungan pada kendaraan dan penggunaan bahan bahan yang lebih mudah didaur ulang. Meskipun demikian, limbah otomotif masih dapat mencemari lingkungan bila tidak ditangani dengan benar.

1. Pengendalian Kontaminasi Bahan Bakar

Bahan bakar yang digunakan kendaraan secara garis besar ada dua macam, yaitu bensin untuk motor bensin dan solar untuk motor diesel. Bahan bakar tersebut terbuat dari Hasil penyulingan minyak bumi dan berpotensi mencemari lingkungan. Bahan bakar akan dibakar dalam mesin dan menghasilkan sisa pembakaran. Kontaminasi bahan bakar ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu hasil pembakaran bahan bakar dan hasil bahan bakar yang belum dibakar.

Hasil pembakaran bahan bakar seharusnya berupa gas karbondioksida atau CO2 dan air atau H2O. Akan tetapi, kenyataannya pembakaran tidak dapat selalu sempurna sehingga ada bahan bakar yang tidak ikut terbakar. Pembakaran yang tidak sempurna akan menghasilkan polutan berupa gas sisa hasil pembakaran tersebut. Polusi yang ditimbulkan oleh bahan bakar bermacam-macam, antara lain sebagai berikut:

Gas HC dan CO dari kendaraan 

Uap bahan bakar atau gas hidrokarbon dalam kurung HC merupakan polutan yang berbahaya bagi kesehatan, apalagi jika terlalu banyak dihirup. Kontaminasi pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan jelaga dan gas karbon monoksida atau CO. Gas CO ini tidak berwarna dan tidak berbau, tetapi sangat berbahaya bagi manusia karena gas CO mempunyai daya ikat yang lebih kuat terhadap hemoglobin daripada oksigen.

Gas CO yang masuk ke dalam tubuh akan membentuk COHb dan mengganggu sistem pengangkutan oksigen dalam darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh akan kekurangan oksigen. Hal ini dapat dilihat dengan timbulnya gejala-gejala seperti sesak nafas, permukaan kulit tampak membiru, dan bila melebihi kadar 5% dapat mengganggu jantung, serta menyebabkan kematian.

Charcoal Canister Untuk mengurangi Polusi Bahan Bakar

Seiring dengan kemajuan teknologi, pabrikan kendaraan bermotor sudah dapat mengurangi kadar emisi gas buang yang dihasilkan kendaraan bermotor. Namun tetap saja gas buang yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar tetap berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Untuk mengendalikan pengendalian kontaminasi gas buang ini khususnya di bengkel, dapat menggunakan instalasi khusus untuk mengolah dan membuang gas buang ke lingkungan. Untuk mengendalikan dampak kontaminasi gas buang ini khususnya di bengkel, dapat menggunakan instalasi khusus untuk mengolah dan membuang gas buang ke lingkungan.

Hose Long Pit untuk knalpot

Instalasi ini berupa saluran khusus yang dilengkapi dengan filter untuk mengurangi gas buang yang berbahaya bagi lingkungan. instalasi ini digunakan saat mekanik menghidupkan mesin di dalam bengkel. Penggunaannya cukup mudah, hanya dengan memasangkan corong khusus ke knalpot sehingga gas buang tidak menyebar di dalam bengkel dan terbuang dengan aman. agar dapat bekerja dengan optimal, instalasi tersebut harus selalu dibersihkan dan dirawat secara berkala.

Charcoal canister untuk uap bensin

Pengendalian kontaminasi bahan bakar yang belum terbakar juga harus dialkukan. Kontaminasi bahan bakar bahan bakar yang belum terbakar dapat berwujud uap bahan bakar atau gas dan cair. uap bahan bakar yang terhirup dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Pada kendaraan bermotor digunakan charcoal canister untuk menangkap uap bahan bakar dan menyalurkannya ke intake manifold untuk dibakar dalam mesin titik sedangkan upaya pengendalian di bengkel dapat dilakukan kan dengan menutup rapat bahan bakar yang belum digunakan dan menyimpannya dalam ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.

Tidak membuang bahan bakar cair ke lingkungan

Pengendalian kontaminasi bahan bakar yang berbentuk cair biasanya terjadi jika bahan bakar secara tidak sengaja atau sengaja dibuang ke lingkungan bebas titik bahan bakar cair yang terbuang ke lingkungan dapat mempengaruhi habitat kehidupan hewan dan tumbuhan. Akibat yang dapat ditimbulkan seperti kesuburan tanah berkurang, mematikan tumbuhan, atau mengurangi kadar oksigen dan intensitas sinar matahari di perairan atau Waduk sungai atau laut berkurangnya intensitas oksigen dan sinar matahari. Dalam suatu perairan dapat membunuh ekosistem hewan dan tumbuhan di perairan tersebut pengendalian kontaminasi bahan bakar cair ini yaitu dengan tidak membuang bahan bakar cair ke lingkungan dan membuat penampungan khusus untuk membuang bahan bakar yang sudah tidak lagi digunakan.

2. Pengendalian Kontaminasi Pelumas

Pengendalian kontaminasi pelumas bekas harus dilakukan agar tidak meluas dan mencemari lingkungan sekitar. Kontaminasi akibat pelumas sangat buruk bagi lingkungan. Rumput dan biota lainnya akan mengalami kematian jika terkena pelumas bekas.

Limbah Pelumas di Bengkel Otomotif

Pada sebuah kendaraan bermotor banyak komponen berputar yang harus mendapatkan pelumasan titik beberapa contoh komponen yang membutuhkan pelumasan, antara lain: mesin transmisi poros roda gardan power steering, dan lain-lain. Pelumas memiliki usia pakai sehingga harus diganti secara berkala. Penggantian pelumas pada kendaraan bertujuan untuk mempertahankan kinerja pelumas saat bekerja titik penggantian pelumas akan menghasilkan limbah pelumas bekas.

Membuat penampungan pelumas bekas

Pelumas yang juga berasal dari pengolahan minyak bumi, sehingga pelumas bekas harus diolah kembali dan tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan bebas. Cara pengendalian kontaminasi pelumas bekas, yaitu dengan menampungnya kemudian didaur ulang daur ulang pelumas bekas bertujuan untuk menghemat pemakaian minyak bumi, karena minyak bumi tergolong sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

3. Pengendalian Kontaminasi Komponen

Satu kendaraan bermotor pada dasarnya tersusun dari ratusan hingga ribuan komponen. Komponen-komponen ada yang tidak membutuhkan penggantian selama kondisinya masih baik, tetapi ada juga yang membutuhkan penggantian secara berkala. Contoh pengendalian kontaminasi komponen adalah baterai yang harus diganti jika kinerja nya sudah mulai berkurang. baterai ini jika dibuang sembarangan juga dapat membahayakan lingkungan. Namun karena komponen dalam baterai bekas masih ada yang dapat digunakan kembali sehingga baterai bekas biasanya didaur ulang kembali.

Plastik dan karet tidak boleh dibuang ke lingkungan bebas

Pengendalian kontaminasi komponen-komponen pada kendaraan yang sudah rusak aus diterapkan sehingga tidak aman bagi lingkungan. Komponen plastik dan karet tidak boleh dibuang ke lingkungan bebas karena sulit terurai dan mencemari lingkungan. Komponen plastik dan karet yang tidak terpakai harus dikumpulkan dan didaur ulang.  

Kontaminasi ban terhadap lingkungan

Contoh komponen karet yang sering menimbulkan kontaminasi adalah ban. Ban bekas yang dibuang sembarangan ke lingkungan dapat mencemari lingkungan. Saat ini hampir semua komponen kendaraan sudah dapat didaur ulang jika sudah rusak atau sudah tidak terpakai lagi. Hal ini sesuai dengan misi pabrikan kendaraan bermotor untuk menghasilkan produk ramah lingkungan, termasuk didalamnya kemudahan daur ulang komponen-komponennya.

Penerapan pengendalian kontaminasi harus segera diwujudkan agar tidak mencemari lingkungan lebih parah. Hal ini dilakukan dengan prinsip-prinsip pengendalian kontaminasi yang sudah disepakati bersama oleh semua anggota organisasi.

D. Konsep Pengendalian Kontaminasi (Mendukung Konsep Hijau)

Tong Pilah

1. Pilah sampah

Salah satu langkah utama dalam pengelolaan sampah adalah sorting atau pemilahan. Sampah harus dipilah dan dibuang berdasarkan jenisnya agar pengelolaan sampah lebih mudah.

Hijau – Tempat Sampah Organik

Untuk tempat sampah yang berwarna hijau, artinya hanya sampah-sampah organik yang dapat dibuang ke tempat tersebut. Sampah organik mencakup sampah-sampah alami seperti dedaunan, ranting pohon, dan sisa makanan. Sampah organik mudah terurai di alam. Selain itu sampah organik juga dapat bermanfaat untuk bahan pembuatan pupuk kompos.

Kuning-Tempat Sampah Anorganik

Sampah anorganik harus dibuang ke tempat sampah yang berwarna kuning. Contohnya adalah plastik, kaleng, styrofoam, dan sebagainya. Berbeda dengan sampah organik, bahan anorganik yang rata-rata merupakan benda yang diciptakan oleh mesin sangat sulit terurai. Bahkan sampah seperti plastik baru dapat terurai di tanah selama ratusan tahun, dan sebelum terurai plastik tersebut dapat turut merusak lingkungan. Oleh karena itu, sampah anorganik harus dipisahkan dari jenis sampah lainnya dan didaur ulang.

Merah – Tempat Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Tempat sampah berwarna merah menampung khusus sampah B3 atau sampah dengan Bahan Berbahaya dan Beracun. Yang termasuk dalam kategori ini adalah pecahan kaca, bahan-bahan kimia, dan benda berbahaya lainnya. Dengan memilah sampah B3 ke kategorinya diharapkan dapat meminimalisir/menghilangkan risiko bahaya bagi petugas orange atau masyarakat.


Konsep 3R

2. Konsep 3 R (Reuse, Reduce, dan Recycle)


1) Reduce

Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan. Reduce juga berarti mengurangi belanja barang-barang yang anda tidak “terlalu” butuhkan seperti baju baru, aksesoris tambahan atau apa pun yang intinya adalah pengurangan kebutuhan.

Kurangi juga penggunaan kertas tissue dengan sapu tangan, kurangi penggunaan kertas di kantor dengan print preview sebelum mencetak agar tidak salah, baca koran online, dan lainnya.


2) Reuse

Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti contohnya memberikan baju-baju bekas anda ke yatim piatu. Tapi yang paling dekat adalah memberikan baju yang kekecilan pada adik atau saudara anda, selain itu baju-baju bayi yang hanya beberapa bulan dipakai masih bagus dan bisa diberikan pada saudara yang membutuhkan.

3) Recycle

Recycle adalah mendaur ulang barang. Paling mudah adalah mendaur ulang sampah organik di rumah anda, menggunakan bekas botol plastik air minum atau apapun sebagai pot tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas untuk menjadi kertas kembali. Daur ulang secara besar-besaran belum menjadi kebiasaan di Indonesia.

The king 5R

3. Good Housekeeping

Dalam menerapkan ‘good housekeeping’, sebenarnya Anda bisa menerapkan metode 5S di perusahaan. Dalam lean six sigma, 5S merupakan suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif yang digunakan oleh manajemen dalam usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di area kerja sekaligus meningkatkan kinerja perusahaan secara menyeluruh.

Di Indonesia, metode ini dikenal dengan nama 5R, di antaranya:
    1. Seiri (ringkas): memilah dan menyingkirkan barang-barang yang tidak diperlukan, sehingga barang yang ada di area kerja hanya barang yang dibutuhkan saja.
    2. Seiton (rapi): baik barang maupun peralatan kerja harus diletakkan sesuai posisi yang ditetapkan.
    3. Seiso (resik): kegiatan membersihkan peralatan dan area kerja sehingga kondisi peralatan terjaga baik dan area kerja yang bersih juga berdampak baik untuk kesehatan karyawan.
    4. Seiketsu (rawat): standarisasi dan dokumentasi proses yang akan memastikan berjalannya seiri, seiton, dan seiketsu.
    5. Shitsuke (rajin): pemeliharaan kedisiplinan dan konsistensi dalam menjalankan seluruh tahap 5S.

E. PENYEBAB KONTAMINASI

Berikut ini merupakan beberapa penyebab terjadinya kontaminasi lingkungan, yaitu:

  1. Kontaminasi Kimia merupakan bahan kimia yang mampu menimbulkan intoksikasi pada manusia. Sebagai contoh adalah bahan kimia yang menyebabkan keracunan: residu pestisida, antibiotika, pencemaran kimia industri.
  2. Kontaminasi Biologi merupakan beberapa pemicu kontaminasi biologi atau mikrobiologis yaitu bakteri patogen, parasit (protozoa dan cacing), dan virus yang bisa menyebabkan keracunan dan infeksi pada manusia.
  3. Kontaminasi Fisik merupakan pencemaran yang memiliki sifat secara fisik. Contohnya: batu, debu, logam, potongan kayu, atau bahkan peralatan industri yang tidak digunakan. Kontaminasi fisik tidak saja mengakibatkan penyakit, tetapi juga berbahaya dan dapat menganggu kesehatan manusia.
  4. Pengendalian kontaminasi di bengkel otomotif diperlukan untuk meminimalisir dampak Kontaminasi Fisik pada lingkungan. Beberapa dari dampak kontaminasi fisik: menimbulkan gangguan hati, jantung, saluran pencernaan, ginjal, dan organ tubuh lainnya. Dapat menimbulkan keracunanan pada makanan. Dapat melukai tubuh fisik bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Kesimpulan

Kontaminasi mengarah pada kondisi di mana unsur-unsur lain tercampur atau terkontaminasi sehingga melahirkan efek tertentu (biasanya efek buruk). Komponen yang dapat menyebabkan pencemaran sangat bervariasi, mulai dari benda, hewan, maupun berbentuk padat atau cair.

Oleh sebab sifatnya yang berbahaya, kontaminasi perlu dilaksanakan agar tidak bercampur atau mencemari zat atau unsur lain, yang berakibat membahayakan kehidupan, khususnya bagi manusia. Maka pengendalian pencemaran adalah sebuah cara untuk mencegah tercampurnya atau tercemarnya unsur-unsur lain, dan kedua unsur tersebut bisa menghasilkan dampak buruk dalam jangka pendek ataupun pada jangka panjang.

Post a Comment for "Memahami Prinsip Prinsip Pengendalian kontaminasi: KD 3 TDO"